Kajian Idul Adha: Syirik dalam Sesembelihan

pada tanggal

 Oleh Ust. Drs. Abu Bakar



Sesembelihan hewan (seperti kambing, sapi, kerbau, dan lainnya) dalam Islam pada asalnya terbagi menjadi empat kategori:

1. Sesembelihan sebagai bentuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT

Contohnya:

  • Berkurban,

  • Menyembelih hewan hadyu (untuk membayar dam haji tamattu’ atau qiran),

  • Menyedekahkan daging kepada fakir miskin.

Hal ini disyariatkan dalam Islam dan merupakan bagian dari ibadah yang bernilai pahala jika dilakukan dengan niat yang benar.

2. Sesembelihan dalam rangka menjamu atau menghormati orang lain

Contohnya:

  • Untuk menjamu tamu,

  • Dalam acara pernikahan,

  • Kegiatan sosial lainnya.

Hal ini dianjurkan, bahkan dalam beberapa kondisi bisa menjadi wajib atau sunnah.

3. Sesembelihan karena tujuan duniawi atau tradisi sosial

Contohnya:

  • Untuk dijual atau dikonsumsi sendiri,

  • Karena rasa syukur mendapat rumah,

  • Acara gembira lainnya.

Hukumnya boleh, selama tidak disertai niat atau praktik syirik. Namun jika sesembelihan itu dijadikan wasilah (perantara) seperti:

  • Tolak bala,

  • Buang sial,

  • Supaya tidak diganggu jin,

… maka hal ini bisa jatuh ke dalam larangan syirik, tergantung pada niat dan keyakinannya.

4. Sesembelihan sebagai bentuk pengagungan kepada makhluk

Misalnya:

  • Menyembelih untuk jin, kuburan, wali, tokoh yang sudah mati, malaikat, atau manusia (hidup atau mati).

Ini adalah bentuk ibadah kepada selain Allah, yang merupakan kesyirikan besar (syirik akbar). Perbuatan ini termasuk kesesatan yang nyata, dan dagingnya haram untuk dimakan.

Hadits Perlu Diperhatikan:

لَعَنَ اللَّهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللَّهِ

"Allah melaknat (mengutuk dan mencabut rahmat-Nya) orang yang menyembelih hewan untuk selain Allah."
(HR. Muslim dari Ali bin Abi Thalib r.a.)

Demikianlah penjelasan singkat tentang syirik dalam sesembelihan. Semoga kita terhindar dari segala bentuk kesyirikan dan dijadikan hamba-hamba yang ikhlas dalam beribadah.

Baarakallaahu fiikum.

Sumber Bacaan:

  1. Tahdzib Tashilil Aqidatil Islamiyah, hal. 82–84

  2. Aqidatul Mukmin

  3. Syarah Kitab Tauhid, Fathul Majid, dan lainnya

Komentar

Posting Komentar