Seri Tauhid (4): Akidah dan Pentingnya Akidah

 Oleh Ust. Drs. Abu Bakar



Dalam hal ini, terdapat beberapa aspek penting tentang akidah yang perlu diketahui:

1. Akidah secara Bahasa

Akidah berasal dari kata al-‘aqdu yang berarti ikatan. Secara bahasa, akidah adalah sesuatu yang mengikat hati dan jiwa atas suatu keyakinan.

2. Akidah menurut Syara’

Akidah menurut syariat adalah beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, serta takdir baik dan buruk. Inilah yang disebut Rukun Iman. Hal-hal yang mengikuti rukun iman juga termasuk perkara keyakinan yang wajib diyakini secara pasti tanpa keraguan.

3. Urgensi Akidah

Akidah yang sahih adalah dasar tegaknya agama dan menjadi syarat sahnya amal ibadah.

Allah Ta’ālā berfirman:

فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا.

"Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya." (QS. Al-Kahfi: 110)

Allah juga berfirman:

"Jika kamu mempersekutukan (Allah), sungguh akan hapus seluruh amalmu dan kamu benar-benar termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Az-Zumar: 65)

Baca juga QS. Az-Zumar: 2–3 dan QS. An-Naḥl: 36.

Seluruh rasul memulai dakwah mereka dengan kalimat:

اعْبُدُوا الله مَا لَكُمْ مِنْ إِلـهٍ غَيْرُهُ.

"Sembahlah Allah, tidak ada Tuhan bagimu selain Dia." (QS. Al-A’rāf: 59, 65, 83, 85)

Seruan ini adalah dakwah kepada tauhid dan akidah yang benar sebelum ajaran lainnya seperti ibadah, akhlak, dan muamalah. Nabi Muhammad Shallallāhu ‘alaihi wa sallam tinggal di Mekkah selama 13 tahun setelah diutus, mengajak manusia kepada tauhid dan memperbaiki akidah, karena inilah fondasi utama dalam membangun agama.


Semoga kita senantiasa menjaga kemurnian tauhid dan akidah dalam kehidupan sehari-hari.


Sumber Bacaan:

  1. Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, ‘Aqīdatul Mu’min, hlm. 205 dan seterusnya, serta referensi lainnya.

  2. Syaikh ‘Abdurrahmān bin Ḥasan Ālu Syaikh, Fatḥul Majīd (Syarḥ Kitābut Tauḥīd), dan lainnya.

  3. Fatḥul Majīd, Syarḥ Kitābut Tauḥīd, hlm. 14–35.

  4. Imām at-Tirmiżī, Jāmi‘ at-Tirmiżī, hlm. 797, Hadis No. 2676, dan sumber-sumber lainnya.

  5. Prof. Dr. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Tafsir.

  6. Ṣaḥīḥ al-Bukhārī dan Ṣaḥīḥ Muslim.

  7. Syaikh Dr. Ṣāliḥ bin Fauzān al-Fauzān, Muqarrar at-Tauḥīd:

    • Jilid 1, hlm. 7–8.

    • Jilid 3, hlm. 95–96.

    • Jilid 3, hlm. 167–168.

  8. Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, ‘Ulūm al-Qur’ān, dan referensi lainnya.

Komentar