WUDLU

Oleh Drs. Abu Bakar



Salah satu bukti kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW adalah menghindari amalan-amalan yang bersumber dari hadits yang lemah dan atau palsu menurut hasil tahqiq (penelitian dan pembuktian) para ahli hadits yang memang profesional di bidangnya. Biar amalan kita minimalis, umpamanya, tetapi di dasari dari hadits-hadits yang shahih  atau hasan, paling tidak maqbulah, itu lebih bagus ketibang kaya dengan amalan ini amalan itu tetapi tidak jelas dasar hukumnya atau istinbath hukumnya dari mana.  Bagi orang yang berfikir ilmiah dan berakal sehat, tentu tidak begitu saja mengamalkan suatu amalan 'ibadah atau mempercayai suatu kepercayaan terkait dengan 'aqidah, sebelum betul-betul melihat atau membaca sumbernya/dasar hukumnya yang dijelaskan oleh para 'Ulama.  Kalau shahih dalilnya, yess kita ambil, tetapi kalau tidak shahih, no...no.., kita tolak, terutama yang menyangkut 'aqidah dan 'ibadah mahdloh.

Hadits lemah dan atau palsu berikutnya adalah seputar "WUDLU".  Perhatikan redaksinya berikut ini :

لا تتوضؤا فى الكنيف فان وضوء المؤمن يوزن مع حسناته .

Artinya :

"Janganlah kamu berwudlu di dalam jamban (WC), karena sesungguhnya wudlunya orang mukmin itu akan diwazan (ditimbang) bersama (amal-amal) kebaikan dan kebagusannya".

Penjelasan :

- Hadits ini adalah  موضوع   = palsu.

- Para 'Ulama hadits menegaskan bahwa hadits ini adalah palsu, sebab di dalamnya ada seorang rawi sanad bernama : Yahya bin Ambasah.  Yahya bin Ambasah ini dikenal oleh para ahli hadits sebagai orang yang suka memalsukan hadits.

Demikian, semoga bermanfaat. Baarokallaahu fiikum.


Sumber bacaan :

1. Silsilah al Ahaditsud Dlo'ifah wal Maudlu'ah, karya Sysikh Nashiruddin Al Albany.

2. Himpunan Hadits Lemah dan Palsu, karya Qosim Koho dan A.Yazid, hal. 22-23, dll.

Komentar