SHALAT DALAM KETAKUTAN

Oleh Drs. Abu Bakar




Para 'Ulama Fiqih telah sepakat atas disyari'atkannya shalat dalam keadaan rasa takut (ketakutan/penuh kekhawatiran).  Sama saja rasa / suasana ketakutan ini lantaran menghadapi musuh dalam medan perang, atau kebakaran, atau kebanjiran, gempa bumi, dan lain-lain.  Perhatikan firman Allah SWT :

فاذا كنت فيهم فاقمت لهم الصلاة  فلتقم طاءفة منهم معك ............

Maka tatkala kamu (hai Muhammad) berada di tengah-tengah mereka, lalu kamu (mau) melaksanakan shalat untuk (bersama) mereka, maka hendaklah berdiri tegak satu kelompok dari mereka bersama kamu, dst......dst.....

Imam Ahmad mengatakan : " Mengenai (cara melaksanakan  shalat khauf / dalam suasana ketakutan ini), ada 6 atau 7 hadits yang mana saja seseorang mengerjakannya, maka dipandang mencukupi. Yang lain mengatakan, ada 10 cara, ada yang mengatakan 16 cara dan ada yang mengatakan 24 cara, tentu saja sesuai dengan konteksnya (keadaannya). 

Cara-cara shalat khauf itu diantaranya :

1. Hadits riwayat Jama'ah, selain Ibnu Majah.

ان طاءفة صفت مع النبي ص.م. وطاءفة وجاه العدو ، فصلى بالتي معه ركعة ، ثم ثبت قاءما فاتموا لانفسهم ، ثم انصرفوا وجاه العدو .  وجاءت الطاءفة الاخرى فصلى بهم الركعة التي بقيت من صلاته , ثم ثبت جالسا فاتموا لانفسهم ثم سلم بهم .  

Artinya :

" Sesungguhnya satu kelompok (hendaklah) berbaris (membentuk barisan shalat) bersama Nabi SAW dan satu kelompok yang lain menghadapi musuh, lalu Beliau shalat satu rekaat dengan satu kelompok bersama beliau, kemudian Beliau berdiri tegak, lalu mereka menyempurnakan (melanjutkan/menyelesaikan shalat) untuk diri mereka masing-masing, kemudian mereka berpaling menghadapi musuh (setelah selesai salam masing-masing).  Selanjutnya datanglah kelompok yang lain, lalu Beliau shalat bersama mereka (kelompok kedua ini) satu rekaat berikutnya yang masih tersisa dari shalat Beliau, kemudian Beliau menetapkan duduk, lalu mereka menyempurnakan (shalat satu rekaat lagi) untuk mereka masing-masing, kemudian Beliau mengucapkan salam bersama mereka (kelompok kedua) ".  [ HR. Jama'ah kecuali Ibnu Majah, dari Sahl bin Abi Khaitsamah r.a. ]

Demikian, semoga bermanfaat. Baarokallaahu fiikum.


Sumber bacaan :

1. Fiqh Sunnah, Jld I, hal. 245 dst.

2. Bulughul Marom dan Syarahnya, Subulussalam, karya Ash-Shon'any.

3. Fiqh Tarjih.

4. Fiqh Islam, karya Sulaiman Rasyid, dll.

Komentar