DILARANG MENYAKITI TETANGGA

Oleh Drs. Abu Bakar



Tetangga adalah orang yang dekat rumahnya atau tempat tinggalnya dengan kita. Secara sosial kemasyarakatan, tetangga adalah orang yang lebih mengetahui keadaan sehari-hari kita, baik keadaan senang kita ataupun keadaan susah kita.  Bila kita mau bepergian, tetanggalah yang dititipi untuk menjaga rumah kita, atau sebaliknya.  Bila kita sakit, tetanggalah yang pertamakali nengok kita, atau sebaliknya.  Bila kita memasak sesuatu lalu asapnya keluar, tetanggalah yang pertamakali mencium bau sedapnya masakan kita, atau sebaliknya. Bila kita mau hajatan, tetanggalah yang pertamakali direpotkan oleh kita, atau sebaliknya.  Dan seterusnya.   Oleh karena itulah, Malaikat Jibril terus menerus (sering) berpesan kepada Nabi SAW akan pentingnya kedudukan tetangga ini, sampai-sampai saking seringnya Jibril berwasiat itu, Beliau menduga bahwa tetangga dapat  mewarisi Beliau. (HR. Abu Dawud dari 'Abdullah bin 'Amr).  'Aisyah r.a. juga meriwayatkan hadits yang spesifik.  Bahkan ada seorang sahabat datang kepada Nabi SAW,  mengadu (mengeluh/sesadu - jawa) akan keadaan tetangganya yang kurang nyaman, Beliau SAW menyuruh pergi dan bersabar (menghadapi tetangga yang kurang nyaman itu)...dst., panjang ceritanya.  (Abu Dawud dari Abi Hurairah r.a.)  

Perhatikan hadits berikut :

....... ومن كان يؤمن بالله واليوم الاخر ، فلا يؤذ جاره ......

(Wa man kaana yu'minu billaahi wal yaumil aakhiri falaa yu'dzi jaarohu)

Artinya :

" ..... Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir (qiyamat), maka janganlah menyakiti tetangganya......".  (HR. Abu Dawud dari Abi Hurairah r.a., hadits ini shahih menurut peneliti hadits) 

Hadits di atas diriwayatkan pula oleh Imam Bukhari, Muslim, Tirmidzy, Nasa-i, Ibn Majah dan Imam Ahmad.

Hadits lain :

" 'Aisyah bertanya : Wahai Rasulallah, sesungghuhnya saya mempunyai dua tetangga, manakah dari keduanya saya memulai (berbuat kebaikan) ?  Beliau (SAW) menjawab : (Hendaklah memulai/mendahulukan berbuat kebaikan) dengan tetangga yang lebih dekat pintunya (dengan rumah kita) dari keduanya ! ".  (HR. Abu Dawud dari 'Aisyah r.a., hadits shahih)

Diriwayatkan pula hadits di atas oleh Imam Bukhari dan Imam Ahmad.

Demikian, semoga bermanfaat. Baarokallaahu fiikum.


Sumber bacaan :

1. Kitab Sunan Abu Dawud, hasil Tahqiq Abu Muhammad Sulaiman Al Qothuniy, hal. 595, hadits no.5.151-5.155.

2. Kitab Riyadl dan Syarahnya, oleh Syaikh Dr.Utsaimin, dll.

Komentar