MALAIKAT MAUT PURNA BHAKTI (PENSIUN)

Oleh Drs. Abu Bakar




Sorga adalah tempat kembali dan kampung halaman semua orang-orang Islam yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, yang iman dan 'aqidahnya bersih dari unsur-unsur kesyirikan, takhayyul dan khurafat, dan ibadahnya bersih dari unsur-unsur kebid'ahan, serta akhlaq - mu'amalahnya terpuji. Pada dasarnya semua orang Islam yang beriman pasti masuk Sorga, asal satu syarat mitlak, yaitu tidak musyrik kepada Allah SWT.   Hanya saja kaifiat mereka dalam masuk Sorga beragam, ada yang masuk Sorga tanpa dihisab, ada yang melalui proses hisab dahulu dengan teliti dan cermat, bahkan ada yang masuk Neraka dahulu melaksanakan hukuman, setelah selesai dihukum baru dimasukkan ke Sorga.  Namun perlu diketahui bahwa siksa yang paling ringan di Neraka itu adalah seseorang yang kedua telapak kakinya diletakkan arang api (wangwa- bahasa jawa) lalu kepalanya mendidih. (HR. Muttafaq 'alaih).

Mengapa di Sorga itu selama-lama ?  Karena Malaikat Maut sudah tidak bertugas lagi, sudah berakhir tugasnya (pensiun) dan dimatikan oleh Allah Ta'ala di perbatasan antara Sorga dan Neraka.  Artinya, semua ruh yang ada di tubuh manusia sudah dicabut seluruhnya, tidak ada yang tertinggal satu manusiapun, sehingga tidak ada lagi kehidupan di alam materi dunia, dan beralih ke alam akhirat (Sorga) selama-lamanya tiada akhir.  Malaikat Mautpun menikmati masa pensiunnya di Sorga Firdaus yang kekal selama-lamanya.  Karena itulah, di Sorga tidak ada lagi kematian, mereka hidup senang gembira selama-lamanya tiada akhir.  Perhatikan hadits betikut :

قال رسول الله ص.م. : يؤتى بالموت يوم القيامة كهيءة كبش املح ، فينادي مناد : يا اهل الجنة !  فيشرءبون وينظرون ، فيقول : هل تعرفون هذا ؟ فيقولون : نعم ، هذا الموت ، وكلهم قد راوه .  ثم ينادي مناد : يا اهل النار !  فيشرءبون وينظرون ،  فيقول : هل تعرفون هذا ؟ فيقولون : نعم ، هذا الموت ، وكلهم قد راوه .  فيذبح بين الجنة والنار .  ثم يقول : يا اهل الجنة !  خلود فلا موت ، ويا اهل النار ! خلود فلا موت .  ثم قرا  :  وانذرهم يوم الحسرة اذ قضي الامر وهم في غفلة ، وهم لا يؤ منون . واشار بيده الي الدنيا 

Artinya :

Bersabda Rasulullah SAW. : " Pada hari qiyamat (nanti) Malaikat Maut dihadirkan seperti bentuk rupa Kambing Gibas yang belang.  Lalu orang yang tukang menyeru memanggil :  Hai penduduk Sorga !   Mereka mengulurkan leher lalu memandang.  Berkatalah tukang menyeru : Apakan kalian semua kenal terhadap Malaikat ini ?   Mereka menjawab : Ya (kami mengenal), ini adalah Malaikat Maut.  Dan mereka semua (penduduk Sorga)  sungguh-sungguh (serius) melihatnya (melihat Malakat Maut itu).  Kemudian tukang seru menyerukan : Hai penduduk Neraka !    Mereka (penduduk Neraka) mengulurkan leher lalu memandang (orang yang menyeru).  Tukan seru berkata : Apakah kalian semua kenal terhadap Malaikat ini ?  Mereka menjawab : Ya (kami mengenalnya), ini adalah Malaikat Maut.   Dan mereka semua (penduduk Neraka) sungguh-sungguh (serius) melihatnya (melihat Malaikat Maut itu).    Maka disembelihlah (diwafatkanlah) ia (Malaikat Maut itu) di (perbatasan) antara Sorga dan Neraka.    Kemudian tukang seru menyerukan : Wahai penduduk Sorga, (selamat..., kalian) kekal semua (di Sorga), maka tidak ada lagi kematian (di dalamnya).     Dan hai penduduk Neraka,  (kalian semua) kekal (di dalamnya), maka tidak ada lagi kematian (walau disiksa dengan adzab yang sangat pedih, kamu tetap hidup tidak akan mengalami mati lagi).   Kemudian Rasulullah SAW membacakan (ayat), artinya : " ...dan berilah peringatan kepada mereka tentang hari penyesalan suwaktu diputuskan suatu perkara, sedang mereka dalam kelalaian (tidak menta'ati perintah-perintah Allah dan rasulNya) dan mereka tidak beriman ".  Beliau memberikan isyarat dengan tangannya, " ilad dunyaa ", (maksudnya waktu dulu hidup di dunia).   [ HR. Bukhari, Muslim dan Nasa-iy dari sahabat Abi Sa'iid Al Khudry r.a.]

اللهم انا نسالك حسابا يسيرا  يوم يحاسب الناس ! 

" Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepadaMu akan hisab yang mudah dan cepat di hari manusia pada dihisab ! ".


Demikian, semoga bermanfaat. Baarokallaahu fiikum.


Sumber bacaan :

1. Kitab "Shahihut Targhib wat Tarhib", Jld.III, hal. 532, karya Syaikh Nashiruddin Al Albany.

2. Kitab/Buku, " 'Aqidatul Mukmin", karya Abu Bakar Al Jazairy, dll.


Komentar