AMALAN YANG UNGGUL DI BULAN RAMADLAN

Oleh Ust. Drs. Abu Bakar



Ada beberapa 'amalan sunnah yang utama dan unggul (pahalanya) di bulan Ramadlan, dijelaskan oleh 'Ulama di antaranya:

1. Shadaqah

Nabi SAW pernah ditanya oleh sahabatnya, kata Anas r.a. : 

سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم : ... فأي الصدقة أفضل ؟ قال : الصدقة في رمضان

Dibaca:

Su-ila Rasuulullaahi SAW : ... Fa ayyush shodaqoti afdlolu?  Qoola : Ash-shodaqotu fii romadloona.

Artinya:

Rasulullah SAW ditanya : "Shadaqah macam manakan yang lebih utama (lebih unggul pahalanya)?  Beliau menjawab: "(Adalah) shadaqah di bulan Ramadhan".  (HR. Tirmidzi dari Anas bin Malik r.a.) 

Apalagi bila shadaqah itu diberikan untuk orang yang mau berbuka puasa. Nabi SAW bersabda:

من فطر صائما كان له مثل أجره غير أنه لا ينقص من أجر الصائم شيء .

Dibaca:

Man faththoro shoo-iman, kaana lahu mitslu ajrihi, ghairo annahu laa yunqoshu min ajrish-shoo-imi syai-un.

Artinya:

"Barang siapa yang memberikan makanan berbuka terhadap orang yang berpuasa, maka baginya adalah seperti pahala orang yang berpuasa itu, tanpa dikurangi (pahalanya) dari pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun".  (HR. Tirmidzi, Nasa-i, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dari Zaid bin Khalid Al Juhny r.a.) 

Berkata Tirmidzi : (Hadits ini) adalah hadits shahih.  Demikian pula menurut penelitian (tahqiq) Syekh Al Albany, hadits ini shahih. 

Dalam hadits yang lain, haditsnya cukup panjang dan di bahagian akhir hadits berbunyi:

... من فطر فيه صائما كان مغفرة لذنوبه وعتق رقبته من النار ،  وكان له مثل أجره من غير أن ينقص من أجره شيء 

Dibaca :

... Man faththoro fiihi shoo-iman kaana maghfirotan li dzunuubihi, wa 'itqo roqobatihi minan naari.

Artinya :

" ...... Barang siapa memberi makanan berbuka di dalamnya (di bulan Ramadhan), maka menjadi ampunan bagi segala dosanya dan kebebasan dirinya dari neraka, dan bagi yang memberi makanan berbuka itu, pahalanya adalah seperti orang yang berpuasa itu tanpa dikurangi sedikitpun".  (HR. Ibnu Khuzaimah dari  Salman r.a.)

Insya Allah poin berikutnya akan dijelaskan dan diuraikan pada episode yang akan datang.  Wallaahu a'lam.

Demikian, semoga bermanfaat. Baarokallaahu fiikum.


Sumber bacaan :

1. Fiqih Tarjih, hal. 174 dan 185.

2. Pedoman Puasa, Prof.Dr.TM. Hasbi Ash-Shiddiqy, hal. 30-31.

3. Fiqih Sunnah Sayyid Sabiq, Jld.I.

4. Jami' At-Tirmidzi, hal. 223.

5. Shahihut Targhib, Syekh Al Albany, Jld.I, hal.623, dll.

Komentar