Jauhi Perilaku Jahiliyah

Oleh Ust. Drs. Abu Bakar



Islam datang untuk menyempurnakan akhlak dan membersihkan umat manusia dari warisan budaya jahiliyah yang tercela. Rasulullah ﷺ dengan tegas mengingatkan agar umatnya tidak kembali kepada kebiasaan buruk masa jahiliyah, walaupun zaman telah berubah.

Hadis Peringatan Rasulullah ﷺ:

أَرْبَعٌ فِي أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لَا يَتْرُكُونَهُنَّ: الْفَخْرُ بِالْأَحْسَابِ، وَالطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ، وَالِاسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ، وَالنِّيَاحَةُ. وَالنَّائِحَةُ إِذَا لَمْ تَتُبْ قَبْلَ مَوْتِهَا تُقَامُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلَيْهَا سِرْبَالٌ مِنْ قَطِرَانٍ وَدِرْعٌ مِنْ جَرَبٍ.
(HR. Ahmad, dari Abu Malik al-Asy'ari radhiyallahu ‘anhu; lafaz serupa juga diriwayatkan oleh Muslim)

Artinya:
"Ada empat kebiasaan jahiliyah yang masih dilakukan oleh umatku, padahal seharusnya ditinggalkan: membanggakan kemuliaan keturunan, mencela nasab orang lain, meminta hujan dengan perantaraan bintang-bintang, dan meratapi kematian. Adapun wanita yang meratapi kematian (niyahah), jika tidak bertaubat sebelum meninggal, maka pada hari kiamat ia akan dibangkitkan dengan memakai jubah dari cairan tembaga panas dan baju dari api."
(HR. Ahmad dan Muslim)


Empat Perilaku Jahiliyah yang Harus Ditinggalkan

1. Membanggakan Keturunan atau Asal-Usul (الفخر بالأحساب)

Islam mengajarkan bahwa kemuliaan manusia tidak ditentukan oleh keturunan atau status sosial, tetapi oleh ketakwaannya kepada Allah.
Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa."
(QS. Al-Hujurat: 13)

2. Mencela Nasab Orang Lain (الطعن في الأنساب)

Merendahkan keturunan atau silsilah orang lain adalah perbuatan yang mencederai kehormatan dan dilarang keras dalam Islam. Ini merupakan bentuk kesombongan yang bertentangan dengan ajaran adil dan rahmat dalam Islam.

3. Percaya kepada Ramalan Bintang (الاستسقاء بالنجوم)

Yaitu meyakini bahwa bintang-bintang dapat memengaruhi nasib, hujan, atau kejadian tertentu. Ini adalah bentuk takhayul yang mendekati kesyirikan.
Allah SWT berfirman:

"...dan perangilah mereka sampai tidak ada lagi fitnah (kesyirikan), dan agama hanya milik Allah semata."
(QS. Al-Anfal: 39)

4. Meratapi Kematian dengan Raungan (النياحة على الميت)

Meratapi kematian dengan cara meraung, menjerit, atau menyalahkan takdir adalah perbuatan jahiliyah yang dilarang. Nabi ﷺ menyebutnya sebagai dosa besar (minal kaba’ir) bila tidak segera bertaubat.


Peringatan untuk yang Belum Bertaubat

Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ
"Sesungguhnya Allah Ta’ala menerima taubat hamba-Nya selama nyawanya belum sampai di tenggorokan."
(HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu)

Ini menunjukkan bahwa pintu taubat selalu terbuka, asalkan dilakukan sebelum ajal menjemput.


Penutup

Perilaku jahiliyah bukan hanya milik masa lalu. Ketika manusia kembali membanggakan garis keturunan, mencela sesama, percaya pada ramalan, atau meratapi kematian secara berlebihan—itu tanda bahwa penyakit jahiliyah masih hidup di zaman modern.

Mari kita jaga kemurnian ajaran Islam dengan meninggalkan semua bentuk warisan jahiliyah, serta menggantinya dengan iman, adab, dan takwa.

Semoga bermanfaat. Baarakallahu fiikum.


Sumber Bacaan:

  1. Syarah Kitab Tauhid, Fathul Majid – Syaikh Abdurrahman bin Hasan, hlm. 329 dst

  2. Syarah Riyadhus Shalihin – Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin

  3. Tarbiyatul Khuluqiyah – Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, hlm. 235–236

Komentar