Oleh Ust. Drs. Abu Bakar
Pendahuluan
Cinta adalah anugerah agung dari Allah SWT yang diletakkan di hati manusia sebagai sumber kasih sayang dan pengikat hubungan antarsesama. Namun, cinta juga bisa menjadi ujian, terutama ketika cinta kepada selain Allah melebihi cinta kepada-Nya.
Cinta yang berlebihan kepada makhluk — seperti istri, anak, harta, jabatan, atau popularitas — dapat melalaikan hati dari mengingat Allah, bahkan bisa menutupi cinta kepada Allah, Rasul-Nya, dan ajaran-ajaran Islam.
Bahaya Cinta Berlebihan kepada Selain Allah
Rasulullah SAW bersabda:
حُبُّكَ الشَّيْءَ يُعْمِي وَيُصِمُّ
"Cintamu kepada sesuatu dapat membutakan dan membuat tuli (hati dan pikiranmu)."
(HR Ahmad dari Abu Darda r.a.)
Makna hadits ini adalah bahwa ketika cinta kepada sesuatu sudah melampaui batas, maka seseorang akan kehilangan daya objektifnya. Ia bisa membenarkan yang salah, membela yang zalim, bahkan melalaikan kewajiban kepada Allah demi mempertahankan atau mengejar sesuatu yang dicintainya itu.
Contoh-Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari
-
Seseorang yang terlalu cinta kepada harta, akan menghalalkan segala cara demi menumpuk kekayaan, bahkan meninggalkan salat dan zakat.
-
Seseorang yang terlalu cinta kepada pasangan, bisa jadi lebih sibuk memikirkannya daripada mengingat Allah.
-
Seseorang yang terlalu cinta kepada jabatan, rela berbohong, menipu, dan berlaku curang demi mempertahankan kekuasaan.
Cinta yang Hakiki
Cinta yang sejati adalah cinta kepada Allah SWT, yaitu cinta yang melahirkan:
-
Ketaatan kepada perintah-Nya,
-
Kecintaan kepada Rasul-Nya dan sunnah-sunnahnya,
-
Ketaqwaan, serta
-
Kedekatan hati dengan zikir, doa, dan sujud kepada-Nya.
Cinta kepada Allah seharusnya menjadi pusat dari segala bentuk cinta lainnya. Cinta kepada makhluk hendaknya diarahkan dan dibatasi agar tidak menyalahi cinta kepada Allah.
Indikator Cinta kepada Allah SWT
-
Sering menyebut nama-Nya dengan zikir:
Laa ilaaha illallaah, Subhanallaah, Alhamdulillaah, Allaahu Akbar
-
Senang berdoa dan bersujud kepada-Nya.
-
Merasa bahagia saat taat dan bersedih saat bermaksiat.
-
Mendahulukan perintah Allah dibandingkan keinginan hawa nafsu.
Kesimpulan
Jadikan cinta kepada Allah SWT sebagai poros utama kehidupan. Cinta kepada selain-Nya hendaknya tetap berada dalam koridor syariat dan tidak berlebihan. Jika cinta kepada makhluk melalaikan kita dari ibadah, maka itu bukan cinta yang diberkahi.
وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ
"Adapun orang-orang yang beriman, sangat besar cintanya kepada Allah."
(QS. Al-Baqarah: 165)
Penutup Doa
اللَّهُمَّ اجْعَلْ حُبَّكَ أَحَبَّ إِلَيْنَا مِنْ أَنْفُسِنَا وَأَهْلِنَا وَمِنَ الْمَاءِ الْبَارِدِ
"Ya Allah, jadikanlah cinta kepada-Mu lebih kami cintai daripada diri kami sendiri, keluarga kami, dan air yang dingin."
(Doa Ibnu Taimiyah)
Sumber Bacaan:
-
Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 1, Hal. 126
-
Musnad Ahmad, Hadits Abu Darda
-
Kitab Al-Hubb fi Allah, Ibnu Qayyim
-
Ihya Ulumuddin, Imam Al-Ghazali, Bab Mahabbah
Komentar
Posting Komentar