Oleh Ust. Drs. Abu Bakar
Pendahuluan
Dalam Islam, mu’amalah—yakni hubungan antarmanusia—diarahkan untuk mewujudkan kemaslahatan (kebaikan bersama) dalam seluruh aspek kehidupan. Oleh karena itu, segala bentuk komunikasi yang dilakukan harus menjunjung tinggi etika, menghindari kemudaratan, dan tidak boleh menyakiti orang yang diajak berbicara (komunikan).
Hadis tentang Etika Komunikasi
قال رسول الله ﷺ:
"إن أحبكم إليّ وأقربكم مني مجلسًا يوم القيامة أحاسنكم أخلاقًا، وإن أبغضكم إليّ وأبعدكم مني مجلسًا يوم القيامة الثرثارون، والمتشدقون، والمتفيهقون."
قالوا: يا رسول الله، قد علمنا الثرثارون والمتشدقون، فما المتفيهقون؟ قال: "المتكبرون".
(رواه الترمذي وأحمد عن أبي ثعلبة الخشني رضي الله عنه)
Artinya:
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya di antara kalian.
Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh tempat duduknya dariku pada hari kiamat adalah:
-
Tsartsarun – orang yang banyak bicara tanpa pertimbangan bijak,
-
Mutasyaddiqun – orang yang suka berkata kasar dan sembrono,
-
Mutafaihiqun – orang yang sombong dan suka membesarkan diri.
Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui siapa itu tsartsarun dan mutasyaddiqun, tapi siapa itu mutafaihiqun?”
Rasulullah menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang sombong, yang menolak kebenaran dan merasa diri paling benar.”
Nilai-Nilai Etika dalam Komunikasi Islami
Dari hadis di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa komunikasi yang baik harus dibangun di atas fondasi akhlak mulia, antara lain:
🔹 Rendah hati dalam menyampaikan pendapat.
🔹 Lemah lembut dan tidak kasar dalam berbicara.
🔹 Tidak memonopoli pembicaraan, memberi kesempatan orang lain berbicara.
🔹 Menghindari kesombongan, baik secara isi maupun gaya bahasa.
🔹 Tidak menyakiti hati orang lain, baik secara verbal maupun non-verbal.
Tiga Sikap Buruk dalam Komunikasi
-
Tsartsarun (ثرثارون)
➤ Terlalu banyak bicara, tanpa menyaring kata-kata, seringkali tidak memberi ruang bagi orang lain. -
Mutasyaddiqun (متشدقون)
➤ Berbicara dengan gaya berlebihan, sok pintar, kasar, dan suka menyudutkan. -
Mutafaihiqun (متفيهقون)
➤ Berkomunikasi dengan kesombongan, memandang rendah lawan bicara, menolak kebenaran dari orang lain.
Penutup
Etika dalam komunikasi bukan hanya soal sopan santun, tetapi bagian dari ibadah yang berdampak pada kehidupan akhirat. Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa akhlak baik dalam komunikasi menjadi indikator kedekatan seseorang dengan beliau di akhirat kelak.
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai adalah yang paling baik akhlaknya.”
– Rasulullah ﷺ
Sumber Bacaan:
-
Sunan Tirmidzi, Hadis No. 2025
-
Musnad Ahmad
-
Majalah Syi’ar Islam, Edisi No. 4, Februari 2018
-
Riyadush Shalihin, Bab Akhlak dan Mu’amalah
Komentar
Posting Komentar