Kajian Pasca-Idul Fithri: Jangan Seperti Perempuan yang Mengurai Benangnya Sendiri

 Oleh Ust. Drs. Abu Bakar



Selama sebulan penuh kita telah menunaikan ibadah Ramadhan:

  • berpuasa (shaum),

  • menjaga shalat lima waktu secara berjamaah,

  • melaksanakan qiyamul lail (tarawih),

  • memperbanyak shalat sunnah rawatib,

  • tadarus Al-Qur’an,

  • memperbanyak sedekah,

  • menunjukkan empati terhadap saudara-saudara kita yang lemah secara ekonomi, dan lain sebagainya.

Semua ini merupakan kebiasaan baik yang seharusnya dipertahankan dan dilanjutkan untuk 11 bulan ke depan.


Ramadhan: Bulan Pelatihan Spiritual

Ramadhan sejatinya adalah bulan pendidikan. Ia bagaikan workshop ruhaniyah yang melatih kita secara langsung dalam mengendalikan hawa nafsu dan membentuk pribadi yang bertakwa.
Maka setelah Ramadhan berlalu, hasil latihan ini hendaknya tidak ditinggalkan begitu saja, melainkan dilanjutkan dan bahkan ditingkatkan dalam kehidupan sehari-hari.


Jangan Seperti Perempuan yang Merusak Usahanya Sendiri

Allah memberikan perumpamaan yang sangat menyentuh dalam Surah An-Nahl ayat 92:

وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنۢ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَـٰثًۭا ۚ
"Dan janganlah kamu seperti perempuan yang menguraikan kembali benangnya setelah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai..."
(QS. An-Nahl: 92)

Ayat ini menggambarkan orang yang merusak kembali amal baiknya setelah bersungguh-sungguh mengerjakannya.

Menurut ulama tafsir seperti Mujahid, Qatadah, dan Ibnu Zaid, ayat ini adalah perumpamaan bagi orang yang membatalkan janjinya setelah sebelumnya ia ikrarkan dengan kuat.
Imam Ibnu Katsir menyatakan bahwa tafsir ini adalah pendapat yang lebih kuat dan jelas, baik perempuan tersebut berasal dari Makkah atau tempat lain.


Relevansi dengan Kondisi Pasca-Ramadhan

Jika setelah Ramadhan:

  • kita kembali melakukan maksiat,

  • meninggalkan shalat malam,

  • melepas jilbab,

  • mengumbar kata-kata kasar,

  • durhaka kepada orang tua,

  • kembali mempercayai dukun, takhayul, dan khurafat,

maka itu berarti Ramadhan yang kita jalani tidak berbekas, tidak membentuk karakter takwa, dan tidak membangun peradaban spiritual yang lebih baik.
Kita bagaikan perempuan dalam ayat tadi: merusak sendiri hasil jerih payah yang telah kita bangun di bulan Ramadhan.

Semoga Allah melindungi kita dari keadaan seperti itu.
Na’udzubillaahi min dzaalik.


Penutup

Mari kita jaga semangat Ramadhan dan amalan-amalan mulianya.
Jangan sampai Ramadhan berlalu tanpa meninggalkan bekas dalam hati dan perilaku kita.

Semoga bermanfaat.
Baarokallaahu fiikum.


Sumber Bacaan

  1. Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 2, hlm. 1.592

  2. Tafsir Jalalain, hlm. 223

  3. Sumber-sumber pendukung lainnya


Komentar