Oleh Ust. Drs. Abu Bakar
I’tikaf adalah ibadah dengan cara berdiam diri di dalam masjid, melaksanakan berbagai amal ibadah sunnah, dan diniatkan untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah Azza wa Jalla.
1. Teladan dari Rasulullah ﷺ
Rasulullah ﷺ selalu melakukan i’tikaf di masjid pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Bahkan, pada tahun terakhir sebelum beliau wafat, beliau memperpanjang i’tikafnya menjadi dua puluh hari.
“Sesungguhnya Nabi ﷺ senantiasa beri’tikaf setiap Ramadhan selama sepuluh hari. Pada tahun terakhir hayat beliau, beliau beri’tikaf selama dua puluh hari.”
(HR Bukhari, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)
Para sahabat, istri-istri Nabi ﷺ, serta para pengikut beliau dari generasi ke generasi terus melestarikan sunnah ini hingga hari ini.
2. Macam-Macam I’tikaf
I’tikaf terbagi menjadi dua jenis:
a. I’tikaf Wajib
Iaitu i’tikaf yang dinazarkan oleh seseorang. Misalnya, seseorang bernazar akan beri’tikaf satu, dua, atau tiga hari. Maka, wajib baginya untuk memenuhi nazar tersebut.
“Barang siapa bernazar untuk taat kepada Allah, maka hendaknya ia menunaikannya.”
(HR Bukhari)
b. I’tikaf Sunnah
Ini adalah bentuk i’tikaf yang tidak terikat waktu tertentu. Bisa dilakukan dalam beberapa menit, jam, atau hari, sesuai dengan niat dan kemampuan seseorang. Selama ia berdiam di masjid dengan niat i’tikaf, maka ia akan mendapatkan pahala.
Dari Ya’la bin Umayyah, ia berkata:
“Sesungguhnya aku berdiam di masjid satu jam, dan aku tidak berdiam kecuali dengan niat i’tikaf.”
‘Atha’ (seorang tabi’in besar) berkomentar:
“Itulah i’tikaf, selama ia berada di masjid dengan niat mencari kebaikan. Jika tidak, maka itu bukan i’tikaf.”
(HR Malik dalam Al-Muwaththa’)
3. I’tikaf dan Lailatul Qadar
I’tikaf sangat dianjurkan dilakukan pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, terutama untuk mencari Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Dengan beri’tikaf, seseorang dapat lebih fokus beribadah dan menghindari gangguan dunia luar.
Amalan yang dianjurkan saat i’tikaf antara lain:
-
Membaca Al-Qur’an dan mentadabburinya
-
Shalat malam (qiyām al-lail/tarawih)
-
Berdzikir dan berdoa dengan khusyuk
-
Menyimak kajian tafsir, hadis, atau ilmu keislaman lainnya
-
Berintrospeksi diri dan memperbanyak taubat
Hindari sifat riya’ (ingin dilihat) dan sum’ah (ingin didengar) dalam ibadah, karena dapat menghapuskan pahala.
Penutup
Mari kita manfaatkan sepuluh hari terakhir Ramadhan dengan memperbanyak i’tikaf, meskipun hanya beberapa jam, untuk meraih ridha Allah dan harapan besar mendapatkan malam Lailatul Qadar.
Semoga Allah menerima amal ibadah kita semua.
Baarakallāhu fīkum.
Sumber Bacaan
-
Fiqih Sunnah, Jilid 1, hlm. 387
-
Al-Adzkar, Imam An-Nawawi, hlm. 172
-
Kitab Tarjih, hlm. 184–185
-
Pedoman Puasa, Prof. Hasbi Ash-Shiddieqy
-
Bulūghul-Marām dan Subulus-Salām
-
Al-Kabā’ir, karya Imam Adz-Dzahabi
Komentar
Posting Komentar