Kajian Tauhid: Syarat Diterimanya Ibadah dan Amal

 Oleh Ust. Drs. Abu Bakar



Dalam kehidupan sehari-hari, sebagai seorang Muslim, kita tentu telah banyak melakukan ibadah rutin dan amal saleh lainnya. Namun, kita tidak dapat memastikan secara pasti apakah semua amal tersebut mendapatkan rida dan diterima oleh Allah SWT atau tidak.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami secara teoritis syarat-syarat diterimanya ibadah dan amal dalam pandangan syariat.


Dua Syarat Diterimanya Ibadah

Asy-Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan dalam kitab Muqarrarat at-Tauhid, jilid 2 halaman 73–74, menjelaskan bahwa ibadah yang benar tidak akan diterima kecuali jika memenuhi dua syarat utama, yaitu:

1. Ikhlas karena Allah Ta'ala

Yaitu melakukan ibadah semata-mata karena Allah, bukan karena riya’, ingin dipuji manusia, gila hormat, jabatan, atau harta.
Amal yang dilakukan tanpa keikhlasan adalah tertolak, meskipun secara lahiriah tampak besar atau mengesankan.

Firman Allah SWT:
"Dan mereka tidak diperintah kecuali agar menyembah Allah dengan ikhlas, menjalankan agama hanya untuk-Nya."
(QS. Al-Bayyinah: 5)

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ

2. Sesuai dengan Sunnah Rasulullah SAW

Amal ibadah harus dilakukan sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW berdasarkan dalil shahih. Jika sebuah ibadah tidak memiliki dasar dalam ajaran Nabi, maka ia termasuk bid’ah dan tidak akan diterima.

Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, namun Dia melihat kepada hati dan amal kalian."
(HR. Muslim dari Abu Hurairah r.a.)

إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ


Penjelasan Tambahan

Hadis ini menunjukkan bahwa yang menjadi perhatian utama Allah SWT adalah keikhlasan hati dan amal yang benar. Allah tidak menilai seberapa indah tampilan ibadah kita atau seberapa besar hartanya, melainkan apa niatnya dan bagaimana amal itu dilakukan.

Maka dari itu, setiap amal ibadah harus memenuhi dua syarat pokok:

  • Niat yang tulus, bebas dari unsur riya’ dan sum’ah.

  • Pelaksanaan sesuai tuntunan syariat, bukan mengikuti hawa nafsu atau tradisi yang menyimpang dari sunnah.


Penutup

Semoga kita semua termasuk dalam golongan hamba-hamba Allah yang:

  • Ikhlas dalam setiap amal,

  • Selalu meneladani Rasulullah SAW dalam beribadah,

  • Dan diterima amal ibadahnya di sisi Allah SWT.


Sumber Bacaan:

  1. Muqarrarat at-Tauhid, Jilid 2, hal. 73–74

  2. Syarah Kitab TauhidFathul Majid

  3. Al-Qur'an dan Hadis Shahih

  4. Dll.


Komentar